Ryan on Facebook

Klien saya : Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) | Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) | Universitas Diponegoro (UNDIP) | PNPM Purbalingga | PNPM | PNPM Cilacap | PNPM Tegal | PNPM Pemalang | PNPM Pekalongan | PNPM Batang | PNPM Brebes | RUmah Sakit ANANDA Purwokerto | Salon Muslimah SALMA Purwokerto | Griya kerudung ARRAUDHOH | Toko Buku MUTIARA | Toko Buku Gramedia Purwokerto | Rumah Sakit Mitra Ariva Ajibarang | East West Seed, Purwakarta | Bank Muamalat Cabang Purwokerto | Telkomsel | Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas | Dinas Pendidikan Kabupaten Cilacap | Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga | Dompet Sosial Hidayah Klaten

Sabtu, 29 Oktober 2011

Agar DOA berbuah LOA


 
Tentang Doa
Doa adalah senjatanya orang yang beriman, begitu kutipan yang saya pernah saya baca, jika dikatakan senjata berarti doa telah menjadi alat untuk memenangkan sebuah pertempuran, dia menjadi tools, sarana, daya ungkit yang menjadikan seseorang dengan mudah melalukan suatu hal.

Berdoalah kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan permohonanmu, demikian saya kutip petikan ayat yang pernah saya baca dan hingga kini saya yakini 101 persen keakuratannya. Karena Allah yang mengatakan sendiri itu benar! Namun yang menjadi semakin yakin adalah banyak hal yang bisa saya peroleh dengan benar-benar menjadikan doa sebagai alat yang paling mudah dan murah dalam mewujudkan apa yang saya inginkan.

Ada sebagian orang yang tidak percaya dengan kekuatan doa, sebagian lain tidak yakin, bedanya? Tidak percaya berarti dia belum pernah merasakan bukti jikalau doa benar-benar menjadi senjata bagi dirinya, sebagian lain tidak yakin, meninggalkan doa takut salah tidak ditinggalkan juga tidak merasakan manfaatnya, gamang jadinya. Akibatnya? Doa hanya menjadi rutinintas, penggugur kewajiban, formalitas seolah hanya pelengkap dan pemeran pengganti.

Orang Yang tebal imannya akan menjadikan Doa sebagai senjata utamanya, sebaliknya yang imannya sempit selalu menjadikan doa sebagai senjata terakhirnya, ketika segala ikhtiar sudah di coba, ketika segala cara dan upaya telah dilakukannya namun ikhtiar fisiknya tidak memunculkan asa, disanalah doa berperan, pada saat itu seseorang berdoa bukan karena faham kedahsyatan doa, namun lebih kepada keputusasaan ikhtiar yang tak kunjung berbuah hasil, nah loh.. !

Lantas jika memang doa itu bermanfaat mengapa sebagian dari kita, Anda bahkan saya awalnya tidak begitu merasakan efek dari doa itu? Adakah yang salah dengn cara kita berdoa? Atau justru yang salah adalah cara kita memaknai dan menempatkan doa, menjadikannya pemain cadangan ketika seluruh pemain utama diturunkan namun tidak menampakan hasil yang menggembirakan?

Tentang LoA
Anda mempercayai LoA, alias Law of Attraction, dimana diri kita mampu menarik apapun yang kita inginkan ke dalam diri kita? Coba perhatikan adakah hubungan antara apa yang Anda terima baik keberuntungan atau kesialan dengan apa yang pernah Anda lakukan sebelumnya? Bukankah segala hal yang Anda dapati hari ini adalah karena secara sadar atau tidak adalah konsekuensi hasil dari apa yang Anda lakukan di masa lalu?

Bukankah kita pernah mengingat seseorang yang mungkin sudah lama tidak ketemu lantas secara tiba-tiba kita bertemu dengannya di tempat dan waktu yang tidak pernah kita duga sebelumnya? Pernahkah kita membicarakan seseorang yang tanpa kita duga, anda mengatakan “panjang umur” karena orang yang kita bicarakan tiba-tiba datang kepada diri Anda? Kebetulankah? Seberapa sering? Jikalau sering masihkah kita mengatakan hal itu dengan nama “kebetulan”?

Dalam system kerja otak dikenal istilah RAS atau Reticular Activating System, prinsip kerjanya sama dengan system pengunci sasaran tembak pada pesawat jet tempur, ketika target sudah di lock, maka kemanapun dia bergerak tidak akan lepas dari sasaran peluru kendali, yang selanjutnya dilakukan adalah menekan tombol shoot dan pada saat itulah peluru kendali meluncur mengikuti gerakan sasaran.

RAS ini mengarahkan kepada apa yang di inginkan, ketika seseorang secara emosional menginginkan sesuatu, dikunci dalam otak bawah sadar, maka pikiran bawah sadarnya secara otomatis akan menavigasi indera dan pikiran sadarnya terhadap apa yang diinginkannya, seperti ketika seseorang mendambakan sebuah kendaraan tertentu dengan warna tertentu, dia akan menjadi sering melihat kendaraan idamannya lebih banyak dari sebelumnya, pikirannya akan terfokus kepada apa yang diinginkannya, begitu pula dengan tindakan dan perilakunya.

Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, semua ada prosesnya, semua ada skenarionya, sebagian ada yang peka dengan scenario ini dan mulai membiasakan scenario ini dalam hidupnya, dan menjadikan dia seperti orang yang terus menerus mendapatkan keberuntungan, namun tidak sedikit dari kita yang tidak peka bahkan tidak percaya dengan LoA ini, sehingga menganggapnya kebetulan dan menjadikan hidup seperti judi alias gambling yang kadang beruntung kadang sial.

Antara Doa dan LoA
Jikalau seandainya hidup itu seperti judi, lantas adakah gunanya doa? Bisakah dia dijadikan sebagai senjata sementara doa itu tidak membantu mempermudah ikhtiar kita? Masihkah layak doa dijadikan sebagai Andalan jika ianya tidak memberikan manfaat atau madharat kepada diri kita? Lantas kenapa Allah dan Rasulnya memerintahkan untuk berdoa, jika ia hanya sebatas ritual yang membuang waktu saja?

Pasti ada rahasia dibalik doa itu, mengapa Rasul mengatakan doa sebagai senjata orang beriman, tentu saja aneh dan tidak beralasan jika seorang Nabi menyarankan berdoa jika di dalam doa ini tidak tersimpan rahasia besar dalam kehidupan kita, bukan?

Nabi Zakaria berdoa untuk mendapatkan keturunannya, hingga usia 80 tahun. Nabi Ibrahim berdoa disaat meminta Allah mendinginkan Api yang di gunakan untuk membakarnya, Nabi Yunus berdoa ketika meminta dikeluarkan dari perut paus, Semua nabi memiliki doa khusus untuk masalah yang sedang dihadapinya, selalu doa, doa dan doa yang sering kita dapati dalam shirah nabawiyah (sejarah nabi dan rasul), dalam sejarahnya Doa Terbukti telah Menjadi LoA, penarik, pemicu sekaligus katalis dari harapan setiap orang.

Mengapa Doa tak kunjung menjadi LoA
Okelah, jika memang doa ini powerfull lantas mengapa ia tidak ngefek kepada diri saya? Mengapa doa saya tidak kunjung dikabulkan Allah? Pertanyaan yang mungkin akan banyak dilontarkan oleh banyak orang! Pertanyaan bagus menurut saya.

Setidaknya ada 3 alasan mengapa Doa tidak atau belum menjadi LoA, Pertama mungkin Allah menunda Doa menjadi LoA karena alasan kepantasan, diri kita belum pantas dan belum dinyatakan lulus untuk mendapatkan apa yang kita doakan, bukankah pada dasarnya setiap anugrah dan musibah adalah ujian bagi diri kita? Dan dia mengetahui bahwa diri kita belum siap untuk mendapatkan apa yang kita inginkan?
Seperti ketika diri kita mengingikan Sim A untuk memudahkan transportasi kita, kita tidak mendapatkan sim A karena memang kita tidak lulus ujian mengemudi, bukan berarti tidak boleh tetapi kita belum pantas untuk mendapatkannya, dan bukankah ketika kita memaksa mendapatkannya justru hal tersebut akan membahayakan diri kita dan orang lain?

Kedua, mungkin ketika Dia menunda doa kita karena dia sedang memberikan jeda antara keinginan dengan diwujudkannya keinginan kita, mengapa? Agar kelak tiada kata menyesal dengan pilihan itu, agar kita bisa mengkoreksi jika kita salah dalam memilih pilihan dan agar diri kita benar-benar bisa menikmati terkabulnya doa itu.

Jika kita pernah makan di sebuah restoran, tentu saja kita diminta menunggu sementara waktu hingga akhirnya apa yang kita inginkan datang di meja kita, saat itulah kita berkesempatan untuk mengoreksi menu pesanan kita sebelum hidangan terlanjur disajikan bukan? Dan bukankah dengan waktu menunggu itu justru kita bisa menikmati menu ketika kita menunda sementara kenikmatan itu?

Ya mungkin inilah scenario Allah terhadap doa kita, dia sengaja mengulur waktu untuk memberikan kesempatan kepada diri kita berpikir dan merenung atas doa yang dipanjatkan. Agar bisa membayangkan dulu kenikmatan yang akan di terima sebelum akhirnya kita benar-benar merasakan hasil dari doa kita.

Ketiga, mungkin Dia memang tidak mau mengabulkan doa karena memang dia tidak baik bagi diri kita dan orang lain ketika mendapatkannya, untuk mencegahnya sang maha Mengetahui tidak mengabulkan doa kita, tapi tentu saja dia menggantinya dengan yang cocok bagi diri Anda. Mungkin makanan yang Anda pesan bisa menyebabkan serangan jantung yang mengakibatkan kematian bagi diri Anda.

Bagaimana agar Doa kita berbuah LoA
Saya ceritakan sebuah pengalaman masa lalu, sekitar 2 tahun yang lalu tepatnya. Suatu hari saya menghadiri sebuah pengajian pekanan di rumah tetangga, secara rutin pengajian digilir dari satu rumah ke rumah lain di minggu berikutnya. Di sela-sela waktu seorang tetangga yang kebetulan ketua RTnya nyeletuk bagini “Rumahnya bagus, dijual gak nih?” yang punya hanya senyum-senyum saja pertanda bahwa dia tidak berniat untuk menjualnya.

Dari pertanyaan itu semua orang terlibat membahas rumah yang dikunjungi, dan sepatak bahwa memang rumah yang dikunjungi unik, termasuk diri saya. Sesekali saya perhatikan keseluruhan rumah itu dimulai dari ruang tamu, ruang tengah dan beberapa ruangan yang memang bisa terlihat dari tempat kami duduk. Salah satu tetangga justru nyeletuk begini “udah pak Ryan di beli aja” saya hanya bisa tersenyum karena tau jika memang rumah itu tidak dijual, kalaupun dijual uangnya dari mana?

Sepulang pengajian saya ceritakan dan saya gambarkan secara detail isi rumah tersebut kepada istri saya, tentang luar dan dalamnya rumah itu, pendek kata istri saya minat dengan rumah itu. Namun saya menyangkalnya dengan mengatakan kita tidak bisa membelinya dengan alasan apapun, saat itu istri saya justru menyangkal dengan mangatakan “tidak ada yang tidak mungkin di hadapan Allah”

Sejak saat itu, hasrat untuk memiliki rumah sendiri semakin besar, semakin banyak alasan yang menjadikan kuatnya keinginan untuk mendapatkan rumah sendiri. dimulai dari perabotan yang semakin banyak, biaya sewa rumah yang semakin besar, harga rumah yang semakin lama semakin menggila, hingga malu sama keluarga kalo kebetulan berkunjung, semuanya menjadi penguat untuk segera merealisasikan rencana tersebut.

Saat itu, kami jadi sering mendatangi pameran perumahan, mengupdate harga perumahan, survey ke komplek perumahan yang sedang dikembangkan, mengumpulkan brosur dan gambar desain rumah, dan tentu saja terus menerus memasukan rumah menjadi bagian dari doa shalat kami.

Extrimnya kami pernah atang ke salahsatu bank syariah di purwokerto untuk meminta persyaratan aplikasi, sekaligus formulirnya untuk kami isi di rumah, saat itu saya tuliskan plafon rumah yang kami harapkan, jumlah penghasilan kami, tipe rumah yang akan kami beli, bukan untuk kami ajukan, hanya untuk berpura-pura mengajukan aplikasi, dan kami tempelkan aplikasi itu di lemari pakaian kami.

Yang paling rutin kami lakukan adalah dengan menyengaja lewat ke depan rumah yang kami taksir lebih dari 10 kali dalam sehari, hanya untuk memastikan ada tulisan “DIJUAL” di pintu gerbangnya. Atau hanya sebatas memastikan bahwa rumah itu masih tetap berada di tempatnya.

Setahun kemudian, entah dapat mimpi apa sebelumnya, rumah itu ditawarkan kepada kami, begitu kagetnya kami karena setelah melakukan penawaran dan terjadi transaksi harga rumah itu persis dengan harga yang kami tuliskan dalam form aplikasi yang satu tahun yang lalu pernah kami iseng buat, begitu pula dengan penghasilan kami dan bank yang membantu membiayai kami, semuanya identik !!!

Saya baru sadar bahwa DOA kami telah menjadi LoA bagi kami, tidak terduga tetapi dia terencana, bukan hanya untuk rumah saja, tetapi hampir semua pencapaian yang menurut kami besar selalu ada unsur DOA dan LOAnya, begitu pula dengan bisnis dan usaha kami.

Bagaimana LoA bekerja ?
Doa memang bukanlah satu-satunya cara untuk mewujudkan apa yang diinginkan, kita tidak akan mendapatkan apapun hanya dengan berdoa, tetapi saya meyakini bahwa Doa adalah ikhtiar utama kita, saya tidak menaruh doa sebagai senjata pamungkas, tetapi dia menjadi senjata utama bagi setiap pencapaian hasil-hasil kehidupan kami.

Doa juga bukan sesuatu yang tidak penting yang menjadikan diri kita meninggalkannya, dia juga bukan sebatas ritual semata, tetapi dia hendaknya berdampak psikologis dalam ikhtiar kita yang berpengaruh langsung kepada semakin kuat dan semakin yakinnya kita atas mimpi-mimpi kita.

Melafadzkannya bukan agar didengan oleh Allah, karena tanpa melafadzkannya Dia maha mengetahui setiap hal yang tersembunyi dalam hati hambaNya, tetapi ianya adalah bentuk tekad dan kesungguhan kita akan besarnya mimpi dan keyakinan kita, melafadzkannya memberikan efek effirmasi sekaligus repetisi yang memasukan isi doa masuk kedalam RAS dan pikiran bawah sadarnya, yang menjadi pembangkit di saat sakit dan penggerak di saat lelah melanda.

Ketika doa dilantunkan dengan lirih dalam sepi, maka dia menjadi penguat jiwa, dan menginternalisasi kedalam diri. Ketika dia dibaca dengan lantang maka dia menjelma menjadi penggugah jiwa, penggerak untuk bekerja, menavigasi seluruh panca indra bekerja mendukungnya.

Ketika dibaca berulang, maka dia akan menjadi nutrisi bagi langkah nyata, yang menjelma menjadi karakter, saat itulah diri kita sedang memantaskan diri kita. Dia juga akan membukakan seluruh indra, merasakan apa yang di pinta, seolah menjadi pertanda semakin nyatanya apa yang dirasa.

Dari doa menjadi perasaan, dari perasaan menuju pikiran, dari pikiran menuju tindakan, dari tindakan menuju kebiasaan, dari kebiasaan menuju karakter, dan dari karakter berbuah hasil. Doa menjadi LoA adalah sebuah proses, bukan sebuah kebetulan, atau sesuatu yang ajaib, tetapi sesuatu yang alamiah dan berpola. Berawal dari kesungguhan doa, berdampak kepada kesungguhan kerja, hingga akhirnya berujung kepada kesungguhan karya.

Biarkan doa itu tetap mengalir, tanpa harus menunggu kapan doa itu di kabulkan, cukup bagi diri Anda menikmati setiap doa khusuk itu, fokus kepada doa itu bukan fokus kepada hasil-hasilnya, fokus saja kepada ikhtiarnya, fokus saja kepada aktivitas rutin Anda, Ikuti tanda-tanda dan petunjuk Allah berupa kebetulan-kebetulan kecil yang mungkin akan Anda rasakan, bertemu dengan orang yang tepat, menemukan waktu yang tepat, menemukan momentum yang tepa, nikmati saja, itu sebuah pertanda bahwa doa Anda mulai berbunga, dan terus bermekaran, hingga Dari DOA menjadi LOA. Indah pada akhirnya. :)


Semoga Bermanfaat :)

2 komentar:

Artikel yang sangat menarik dan membuat tenang hati...
Shalat yg husu adalah salah satu keseriusan dalam berdoa.

moga kita selalu husnudzon terhada diri dan terhada Allah.

subhanallah....
Artikelnya membuat orang menjadi ingin terus berdoa kapan pun dan dimana pun....
Semua akan indah pada waktunya...
Maha Suci ALLAH...