Ryan on Facebook

Klien saya : Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) | Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) | Universitas Diponegoro (UNDIP) | PNPM Purbalingga | PNPM | PNPM Cilacap | PNPM Tegal | PNPM Pemalang | PNPM Pekalongan | PNPM Batang | PNPM Brebes | RUmah Sakit ANANDA Purwokerto | Salon Muslimah SALMA Purwokerto | Griya kerudung ARRAUDHOH | Toko Buku MUTIARA | Toko Buku Gramedia Purwokerto | Rumah Sakit Mitra Ariva Ajibarang | East West Seed, Purwakarta | Bank Muamalat Cabang Purwokerto | Telkomsel | Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas | Dinas Pendidikan Kabupaten Cilacap | Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga | Dompet Sosial Hidayah Klaten

Jumat, 30 September 2011

Rahasia Hati

Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang ridlo dan diridloi-Nya. Maka masuklah kepada golongan hamba-hambaKu. Dan masuklah kepada surgaku
(Al-Fajr 27-30)

Sering diri kita mengagumi kehebatan otak tapi sedikit yang mengagumi kehebatan hati, para motivator dan inspirator pun tampaknya demikian, lebih menonjolkan potensi-potensi otak ketimbang potensi hati kita. Padahal jikalau kita mau jujur, referensi klasik justru banyak membahas rahasia hati berserta dengan kekuatan yang tersembunyi di dalamnya.

Mengapa kekuatan hati begitu sangat mempesona diri saya untuk ditulis dalam catatan sederhana yang awalnya hanya kuliah twitter ini? Atas saran beberapa teman, khususnya mereka yang tidak menggunakan twitter maka saya bagikan dalam bentuk artikel berikut ini.

Agama yang saya anut mengatakan bahwa hati adalah raja bagi diri kita, dikatakan bahwa didalam tubuh kita terdapat segumpal daging barang siapa jika baik hatinya maka akan baik pula dirinya, namun sebaliknya jika buruk hatinya maka akan buruk pula dirinya, dialah hati kita.

Siapakah hati itu?
Pertanyaan kita adalah apakah hati itu? Dimanakah letaknya? Dan apa fungsinya? serta seberapa kuatkah pengaruhnya bagi kehidupan kita sehingga kita perlu mengenalnya lebih dekat? Mungkin itu pertanyaan kita, namun percayalah bahwa hal ini juga pertanyaan saya sendiri, sehigga saya berusaha mencari jawabannya dan menuangkan jawaban tersebut dalam artikel singkat ini.

Ibarat komputer, Hati adalah hardware tempat dimana bersemayamnya rasa sebagai softwarenya, nah yang luar biasa adalah bahwa semua software yang ada pada hati ini bersifat fitrah, artinya dia memang sudah terinstal secara sempurna semenjak kita lahir, diantara program yang tersimpan dalam hati itu adalah berbagai bentuk perasaan, dimulai dari perasaan yang menyedot energi dari diri kita hingga perasaan yang justru memberikan kekuatan kepada kita, secara berurutan yaitu: Takut-marah-cemas-keluh-syukur-sabar-Fokus-tenang-bahagia. Rasa takut adalah yang paling menyedot energi, sementara bahagia adalah yang paling memancarkan energi.

Rasa inilah yang ternyata mempengaruhi segala tindakan kita, hati berkomunikasi dengan diri kita dalam menentukan pilihan-pilihan hidup yang mengeksekusinya menjadi sebuah perilaku dan tindakan kita. Pendeknya perilaku kita dipengaruhi oleh kondisi hati kita, oleh perasaan-perasaan yang ada dalam hati kita.
Benarkah bahwa penentu keputusan itu adalah hati? Mari kita ambil saja sebuah contoh, semisal ketika Anda menentukan sebuah pilihan dalam hidup, pilihan apapun itu, siapakah yang berpengaruh terhadap pilihan kita? Pikiran ataukah perasaan kita? Yang menakjubkan adalah bahwa ternyata pilihan itu ditentukan oleh perasaan-perasaan yang ada pada diri kita. Ketika memilih pakaian yang Anda pakai, bahkan memilih pasangan hidup, bukankah semuanya menggunakan rasa yang ada dalam diri kita? Mungkin logika kita memilih pakaian yang murah tetapi bukankah kita memilih baju yang bagus? Mungkin logika kita memilih pasangan yang cantik dan kaya, namun bukankah ternyata diri Anda memilih pasangan yang paling Anda sukai? Bukti bahwa perasaan mendominasi pikiran kita.

Hati inilah menjadi penentu keputusan kita, sekecil apapun keputusan itu, hatilah organ pertama dan software pertama yang kita miliki, jauh selebum otak beserta pikiran kita terbentuk, dengan perasaan itulah diri kita berkomunikasi dengan orang tua kita, ketika pikiran belum menjadi penyempurna diri kita, jauh sebelum kita terlahir ke dunia.

Bagaiamana sebuah perasaan muncul dari hati dan mempengaruhi perilaku kita?
Disamping hati sebagai sumber perasaan ternyata kita juga memiliki hardware lain berupa otak, Di dalam otak kita lah letak pikiran kita, otak terhubung dengan panca indra kita, dan dialah yang menyerap informasi dari lingkungan, dari apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, apa yang kita raba, apa yang kita cium dan apa yang kita rasakan oleh lidah kita, semuanya menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi diri kita.

Setiap kejadian pada awalnya adalah sesuatu yang netral, tanpa nilai dan tanpa tendensi, namun kondisi hatilah yang memberikan muatan kepada setiap informasi yang datang dari otak kita, akan dihubungkan dengan perasaan mana kejadian itu, maka hasil dari interaksi lingkungan itulah permulaan dari tindakan kita.

Apa perasaan Anda ketika mendengar sebuah berita kematian? Tergantung siapa yang meninggal bukan? Jika dia musuh Anda bisa jadi Anda senang, jika dia orang yang tidak Anda kenal, Anda akan bereaksi biasa saja, jika tetangga, maka Anda akan memberikan empati, lantas bagaimana jika dia adalah keluarga teredekat Anda? Mungkin Anda akan bersedih bukan?

Artinya sebuah berita kematian bersifat netral, tapi berdasarkan atas pengalaman tentang bagaimana seseorang bersikap terhadap sebuah kematian, pengalaman itu menjadi sebuah kebiasaan hati kita dan dengan kebiasaan-kebiasaan itulah menjadi kebiasaan-kebiasaan dalam tindakan. Jika kebiasaan hati itu benar dan mengembangkan diri Anda, itu hebat. Namun apa yang terjadi jika kebiasaan hati itu keliru? Bagaimana dengan kebiasaan tindakan kita? Inilah rahasia hati !!!

Senam Hati
Informasi masuk melalui pancaindra, masuk kedalam otak di kirimkan kedalam hati dan dibuatlah sebuah hubungan antara kejadian dengan perasaan yang Anda miliki. Semakin sering sebuah kejadian itu dihubungkan dengan perasaan tertentu maka akan semakin kuatlah hubungan itu, akan semakin kuar otot-otot penghubung kejadian itu, selanjutnya maka setiap kejadian itu muncul maka akan muncul pula perasaan terhadap kejadian tersebut.

Kita secara sadar dan menyengaja membutuhkan sarana untuk menghubungkan sebuah kejadian dengan hati kita dengan sebuah perasaan yang tepat, agar lama kelamaan ototnya semakin menguat dan menjadi sebuah system otomatis yang dengan cara itu, tindakan kita menjadi tindakan yang tepa juga. Dan diri kita pulalah yang mengontrolnya. Bukan yang lain.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk memberikan latihan kepada hati kita diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Mulai saat ini, berkomitmen untuk memilih perasaan-perasaan yang membebaskan diri kita, bukan yang membatasi dan membelenggu kita, diantara perasaan tersebut berturut-turut dari yang terendah hingga yang tertinggi yaitu syukur-sabar-fokus-tenang-bahagia 
  2. Munculkan secara sengaja perasaan-perasan tersebut untuk setiap kejadian apapun yang Anda hadapi, ataupun terhadap bayangan-bayangan yang belum terjadi pada diri Anda. Latih terus untuk memilih perasaan-perasaan tersebut. Awalnya memang sulit dan sakit, seperti kita yang baru pertama kali melatih otot-otot pada tubuh kita, tetapi itu hanya sementara saja kok.
  3. Hindarkan sekuat tenaga, dari perasaan-perasaan negative yang muncul, sadari setiap perasaan negative yang muncul, seperti Takut-marah-cemas-keluh, menghindari perasaan itu seperti, menghindari makanan-makanan beracun yang bisa masuk kedalam tubuh Anda dan mendarah daging didalamnya. 
  4. Lakukan tindakan dan bahasa tubuh yang positif saja, mulai dari mimic wajah, postur tubuh hingga cara berjalan Anda, tersenyum dan ceria saja dimanapun dan kapanpun, berusahalah untuk berbadan tegak ketika duduk ataupun berdiri, berjalanlah secara mantap kearah depan, sedikit lebih cepat dengan dagu sedikit terangkat, namun tetap berusaha untuk rendah hati dan ramah kepada orang lain.
  5. Hindarkan panca indra dari lingkungan yang negatif, dari pandangan, pendengaran, dan pengalaman buruk, cara ini adalah cara yang paling pragmatis untuk menghindarkan pikiran menangkap pengalaman-pengalaman negative yang menjadi sumber informasi negative bagi hati kita.
  6. Dekatkan diri kita dengan aktivitas spiritual, seperti ibadah, dzikir, membaca al-quran dan ibadah lainnya, semuanya lebih menentramkan dan menjadi nutrisi Rabbani dalam menguatkan sekaligus melembutkan hati kita.
Semoga artikel ini berguna bagi para pembaca, terimakasih !

0 komentar: